Bosan adalah rasa yang
paling sering aku alami ketika tidak ada satu hal pun yang lebih menarik dari
pada diam. Semua orang melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri, pengendara motor
yang sibuk mengendalikan kemudi, tukang sapu jalanan yang sibuk melihat jalanan
yang belum bersih untuk di bersikan, atau riak tawa anak-anak metropolitan di
dalam mobilnya yang tentunya di belikan oleh orang tuanya itu. Semua sibuk
bahkan tak ada waktu untuk hanya sekedar menyadari bahwa ada burung bangau putih
terbang di senja hari di atas awan tepat ketika mereka melewati jalanan sore
hari saat pulang dari kantor, kerja, sekolah, les, atau bahkan dari mall.
Sistematis dan tentunya di perhitungkan, untuk setiap tindakan yang di lakukan
hari ini, saat ini, dan di masa muda ini. Mereka memikirkan jauh kedepan tanpa
pernah menyadari betapa indahnya hari yang mereka jalani sekarang. Aku lebih
nyaman untuk tidak membicarakan soal apapun kecuali keindahan dan
kesederhanaan.
Aku lebih suka
memperhatikan daun kecil yang terbang tinggi ketika terkena angin sore hari
yang sejuk, dari pada ketika melihat cewek – cewek sosiallita yang menggunakan
gadget i-phone terbaru mereka. Memperhatikan rintik air hujan menetes di kaca ketika sedang makan di MCD MerdekaWalk, memperhatikan aspal yang basah ketika di guyur hujan memberikan suatu rasa puitis yang hanya bisa di rasakan ketika kita "sendiri". Atau
aku juga lebih suka menikmati suasana sore hari di taman kota ketimbang di mall
berkelas. Ini bukan tentang uang atau kalangan pergaulan. tapi ini tentang
rasa, keinginan hati, dan jiwa diri sendiri.
Terkadang kita perlu
“bebas” sesaat dari kehidupan yang menjepit kita hari ini demi janji-janji yang
di tawarkan di kehidupan masa yang akan datang. Kita justrul terlalu sibuk
memikirkan kita besok jadi apa? Ketimbang memikirkan yang terbaik untuk hari
ini. Kita juga lebih suka memikirkan hal-hal yang belum terjadi untuk masa
depan seperti kesuksesan, kaya, bahagia, tanpa pernah berfikir bagaimana kita
bisa melewati hari ini dengan “sederhana”. Pikiranku sering terawang-awang
ketika menunggu lampu merah menjadi hijau ketika pulang les di saat malam hari.
Aku juga terkadang bingung kemana orang-orang yang memadati jalan-jalan ini
pada saat pagi, siang, dan sore hari..? apakah mereka tengah bersiap demi
aktivitas selanjutnya untuk esok hari..? hari ini belum berakhir kawan, sampai
tepat pukul 00:00 tapi kenapa dengan angkuhnya kau mengabaikan hari ini? Demi
sesuatu hal yang ada di fikiranmu untuk esok hari tetapi lagi-lagi “itu belum
terjadi”.
Dari bahan bacaan yang
banyak aku baca sekarang aku lebih memahami bagaimana menghargai apa yang kita
punya saat ini, sebelum apa yang kita punya saat ini berubah kata menjadi “dulu
aku pernah punya” dan itu adalah hal yang buruk dan pasti tak ada yang mau
mengalami. Hargai teman, pacar, keluarga, waktu, suasana yang terjadi pada hari
ini bukan yang terjadi di kemudian hari karena sesungguhnya kita hidup di saat
ini, bukan di masa lalu, atau bahkan di masa depan.
Mulai sekarang sesibuk
apapun kau, sesempit apapun kau, se-galau apapun kau, berikan lah sedikit waktu
untuk melihat bagaimana daun kecil terbang tertiup angin ketika kau berhenti di
persimpangan jalan menunggu lampu merah berubah menjadi hijau, lihat pula
bagaimana debu terbang dengan gembiranya ketika dia terhempas kencang oleh
lindasan dari ban mobil angkot, jika kau menunggu lampu merah berubah menjadi
hijau itu ketika sedang hujan maka lihat juga lah rintik tetes air hujan itu
dari kaca helm atau mobilmu ketahuilah bahwa ada beberapa rintik hujan yang
ingin bertengger di ujung sudut mata hatimu bukan untuk membuatmu menangis atau
mengenang masa lalu tapi dia hanya ingin membasahi untuk sekedar menghapus
bekas air matamu yang dulu pernah tertumpah karena penghianatan, kesalahan,
penyesalan, dan ketidakpedulian seseorang. Dia
“si tetes air hujan itu sebenarnya turun hanya ingin menghapus luka yang ada di
hatimu”.
FOLLOW US : https://twitter.com/aidilnurhidayat
FOLLOW US : https://twitter.com/aidilnurhidayat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar